CN, JAKARTA - Dalam kegiatan diskusi dan silahturrahim relawan secara online yang digelar oleh Literasi Sehat Indinesia (Lisan), Lembaga Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK), Komunitas Litersi Gizi (Koalizi); Yayasan Gema Sadar Gizi, dan Departemen Kesehatan BPP. KKSS dengan Tema “Suka duka Menjadi Relawan Medis”, Perwakilan pihak penyelenggara dr. Zaenal Abidin mengungkapkan belum banyak masyarakat mengetahui suka duka menjadi relawan medis Covid-19.
Hadir sebagai narasumber :
- dr. Abdul Azis, Sp.U (Ketua Satgas Covid 19 Wilayah Sul-Sel)
- dr. Hartati B. Bangsa (Koordinator Medis RSCD Wisma Atlet)
- dr. Muh. Fachrurrozy Basalamah (Relawan Medis RSCD Wisma Atlet)
- dr. Rani Septiani (Survivor Covid 19)
Moderator : dr. Iswanto (Peneliti LK2PK)
"Tentu kita ingin sekali mendengarkan kisah dan pengalaman berharga dari empat narasumber kita. Pengalaman yang akan disampaikan boleh jadi sudah pernah kita dengar atau baca dari penuturan relawan lain, namun bisa juga ada informasi baru yang sama sekali belum pernah diutarakan relawan oleh medis mana pun," kata dr. Zaenal Abidin dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (17/6).
Zaenal menceritakan ketika menjadi Sekjen PB IDI (Tahun 2006-2009), biasanya ruangan sekjen PB IDI itu selalu menjadi tempat berkumpulnya dokter-dokter yang masih muda, energik, dan idealis. Bila mereka tidak sedang praktik atau jaga mereka sering datang ngobrol di tempat itu dan jika ada kepanitiaan di PB IDI atau terjadi bencana, maka para dokter muda inilah yang paling banyak sibuknya. Sibuk rapat, sibuk kumpulkan donasi, sibuk menyiapkan logistik dan atur jadual tugas atau pemberangkatan relawan, dst. Bahkan mereka pun sibuk secara bergantian turun ke lokasi bencana menjadi relawan medis.
"Bahwa menjadi dokter itu tentu saja ada dukanya, akan tetapi suka atau gembiranya jauh lebih banyak," Ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Wilayah Sulawesi Selatan, dr. Abdul Azis, Sp.U mengatakan tidak ada duka dalam menjadi relawan, semua rasa suka.
"Karena kita bergerak dalam bingkai keikhlasan dan karena ada perniagaan untuk akhirat yang dikejar," katanya.
Koordinator Medis RSCD Wisma Atlet, dr. Hartati B. Bangsa menuturkan satu sampai dua minggu terakhir, kendala tim medis untuk menjadi relawan covid-19 adalah Surat Izin Keluarga atau Orang Tua. Yang paling berat adalah menguatkan mental pasien sementara mental tim medis down.
”Kami menggunakan APD bukan hanya delapan jam tapi sampai 16 jam karena kondisi pasien tidak berhenti masuk dan harus dilayani," tuturnya.
Relawan Medis RSCD Wisma Atlet, dr. Muh. Fachrurrozy Basalamah mengatakan Bencana Covid-19 ini menjadi hal yang berharga bagi saya karena dengan harapan bisa membantu masyarakat.
"Saat ini ada sesuatu yang berbeda kami relawan sekarang melawan bencana tak terlihat bahkan akhir dari bencana ini, kitapun tidak ada yang tahu, sehinggga hal tersebut membuat para relawan covid 19 harus bekerja ekstra termasuk saya," ungkap dr. Ozy
dr. Ozy berpesan, bersama-sama kita saling mendukung dan memotivasi. Bukan saling menuding dan memprovokasi. Yakinlah tenaga kesehatan akan tetap bekerja dengan penuh tanggung jawab atas nama kemanusiaan sesuai dengan sumpah profesi masing-masing. (*)
Suka Duka Relawan Medis Covid-19
Rabu, 17 Juni 2020 , 08:01:00 WIB
Foto: Istimewa